Wabihi nasta’in ‘ala umur al-dunya wa al-din.
Amma ba’du:
Ini adalah nasehat bagi teman-teman yang mengaku “salafi”, atau tepatnya
“mutasaalifuun”, bukan “salafiyyin”. Kata “mutasaalifuun” di sini saya
maknai sebgai orang-orang yang “sok” salafi atau ngaku-ngaku salaf, wa al-salafu minhum baraa’.
Saya harap kalian sabar membaca nasehat ini hingga akhir. Meskipun
isinya mungkin pahit, tetapi saya yakin berguna untuk evaluasi-diri atau
muhasabah bagi kalian. Hasibu anfusakum qabla an tuhasabu….
Saya melihat betapa sengitnya kebencian yang ditunjukkan oleh kalangan
salafi kepada golongan yang mereka tuduh sebagai kelompok “hizbiyyun”,
“sururiyyun”, atau orang-orang yang menganut ideologi Ikhwanul Muslimin.
Kecurigaan dan bahkan kebencian yang ditunjukkan oleh kalangan
“mutasaalifun” terhadap sarjana-sarjana besar Islam seperti Dr. Yusuf
Qardlawi begitu aneh dan sangat tak masuk akal. Dengan seluruh
kekurangan yang ada pada mereka, kalangan Ikhwan telah berjasa besar
dalam membangkitkan ghirah Islamiyyah
di banyak negara. Merekalah yang bekerja keras membangun partai,
melawan kekuasaan yang despotik dan otoriter di sejumlah negara Islam.
Sementara yang bisa dilakukan oleh kalangan “salafiyyun” atau tepatnya
“mutasaalifuun” hanya sekedar membid’ahkan sesama Muslim, menganggap
perbuatan ini atau itu syirik, dan seterusnya.
Kalangan “mutasaalifuun” ini juga gembor-gembor melawan sikap “hizbiyyah“,
sementara sikap mereka sendiri jelas menunjukkan bahwa merekalah yang
lebih mengidap hizbiyyah. Kelemahan mendasar kaum salafi adalah bahwa
mereka menganggap merekalah satu-satunya “al-firqah al-najiyah”
atau kelompok yang selamat sebagaimana disinggung dalam sebuah hadis.
Mereka beranggapan demikian karena merasa merekalah yang paling
mengikuti sunnah Nabi. Kelompok-kelompok lain dianggap sebagai
menyeleweng atau menyimpang dari sunnah, dan karena itu dianggap sebagai
“ahl al-bida’” atau pengikut bid’ah.
Sebagaimana dengan baik diulas oleh Dr. Sa’id Ramadan Al-Buthi, seorang ‘alim dan ahli fikih dari Syria, dalam bukunya “ِAl-Salafiyyah Marhalah Zamaniyyah La Mazhab Islami ” (Salafiyyah adalah Satu Tahap Waktu Dalam Sejarah Islam, Bukan Mazhab Yang Berdiri Sendiri), yang disebut dengan salaf
adalah tahap tertentu dalam sejarah masa lampau Islam. Tidak ada mazhab
salafiyyah, dan tidak ada kelompok salafi. Saya tahu, orang-orang
salafi anti mazhab, dan mereka tidak pernah mengaku sebagai mazhab
tersendiri. Tetapi tingkah polah mereka selama ini menunjukkan bahwa
mereka “menggerombol” secara terpisah sebagai sebuah kelompok. Mereka
tidak pernah mengaku sebagai mazhab, tetapi diam-diam mereka adalah
mazhab tersendiri. Para pengikut Abdullah Bin Baz, Nasiruddin Al-Albani,
dan Muqbil Hadi al-Wadi’i yang merasa sebagai wakil dari kalangan
salafiyyin sekarang ini menggerombol sebagai kelompok tersendiri, seraya
membid’ahkan kelompok-kelompok lain. Dulu, kalangan salafiyyah ini lah
yang mengampanyekan gerakan anti-mazhab atau dikenal dengan allamadzhabiyyah.
Mereka merasa cukup dengan Quran dan sunnah. Kelompok-kelompok Islam
lain yang memahami dua sumber utama dalam Islam itu melalui mazhab
empat, misalnya, dianggap melakukan bid’ah. Terhadap anggapan-anggapan
semacam ini, Dr. Sa’id Ramadan telah menulis sebuah sanggahan, Allamadzhabiyyah Akhtharu Bid’atin Tuhaddidu al-Syari’ah al-Islamiyyah (Antimazhabisme adalah Bid’ah yang Mengancam Syariat Islam).
Yang lebih menyedihkan adalah karena mereka merasa paling paham sunnah
dan paling konsisten mengikuti sunnah, mereka juga cenderung merasa
sebagai “paling suci”. Dan karena itu sikap-sikap hizbiyyah jauh lebih
kuat tertanam di kalangan kelompok yang mendaku salafiyyin ini ketimbang
pada kelompok Ikhwan yang mereka tuduh sebagai salah satu dari bentuk
“hizbiyyah”. Meskipun saya bukan anggota Ikhwan, PKS, atau apapun,
tetapi saya lebih hormat pada tokoh-tokoh Ikhwan yang dengan jelas
menganjurkan toleransi di dalam tubuh umat Islam. Sementara, kelompok
salafiyyin boro-boro menganjurkan toleransi; mereka justru cenderung
dengan gampang menyalahkan kelompok lain dengan alasan bid’ah, syirik,
dan segala macam.
Nasehat saya kepada teman-teman salafiyyun adalah sebagai berikut:
ajaran yang ditinggalkan oleh Muhammad Ibn Abdul Wahhab dan diteruskan
oleh orang-orang seperti Abdullah bin Baz, Nasiruddin al-Albani, Muqbil
Hadi al-Wadi’i itu tidak akan membawa kalian ke mana-mana. Ajaran
“salafi” sudah diterapkan di Saudi sejak “kongsi” antara Muhammad ibn
Abdul Wahhab dan keluarga Ibn Saud terjadi pada abad 18. Dan hingga saat
ini, lihatlah apa yang terjadi pada negara Saudi? Negara ini sama tidak
bisa disebut sebagai negara maju. Kerajaan Saudi hanya menjadi antek
Amerika, dan ini tidak aneh, karena dulu kaum wahabi juga pernah menjadi
antek Inggris. Negara Saudi berdiri dengan disokong secara diam-diam
oleh Inggris untuk melemahkan negara Turki Utsmani. Apa yang bisa
dilakukan oleh ulama salafi di Saudi sendiri menghadapi kenyataan pahit
seperti itu? Nihil.
Menurut saya, “mazhab” salafi tidak akan membawa kemajuan apapun bagi
dunia Islam, sebab yang diurus orang-orang salafi hanya soal tauhid
rububiyyah, uluhiyyah, tauhid al-asma’ wa al-sifat,
soal jenggot, soal hukum mendengarkan musik, soal memanjangkan ujung
celana, soal cadar, soal ziarah kubur, soal wasilah, dan soal-soal
sejenis yang hanya melingakar-lingkar tanpa ujung yang jelas. Yang
membawa nama harum bagi peradaban Islam di mata dunia bukanlah
ulama-ulama yang selama ini menjadi “favorit” orang-orang salafi di
mana-mana, seperti Ibn Taymiyyah, Ibn al-Qayyim, Ibn Katsir, dsb. Yang
mengharumkan peradaban Islam adalah pemikir-pemikir besar seperti Imam
Ghazali, Fakhr al-Din al-Razi, Ibn Sina, Al-Farabi, Ibn Thufail, Ibn
Khaldun, Ibn Rushd, Al-Syahrastani — yakni ulama-ulama yang selama ini
dibenci oleh kalangan salafi.
Saya ingin mengatakan kepada kalian: silahkan terus mengkaji
ajaran-ajaran salafi, tapi cobalah mengembangkan sikap toleran, dada
yang terbuka, dan bisa menerima perbedaan dengan kelompok lain. Cobalah
perluas bacaan kalian, tidak usah takut pada buku-buku yang ditulis oleh
kalangan non-salafi. Janganlah kalian hanya membaca kitab-kitab hadis
saja. Jangalah hanya membaca Riyadl al-Salihin, Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim
saja. Janganlah kalian menyangka bahwa jika umat Islam kembali kepada
sunnah Rasul maka mereka akan bersatu. Sebab, setiap Muslim bisa kembali
kepada sunnah, tetapi mereka mempunyai pemahaman yang berbeda-beda.
Orang yang ziarah kubur juga mempunyai dasar dalam sunnah. Jangan
terus-terusan gemar membid’ahkan kelompok lain.
Cobalah kalian baca sejarah kelompok salafi di mana-mana: mereka selalu
menimbulkan pertengkaran dan selisih paham di masyarakat. Setiap ada
kelompok salafi muncul di tengah masyarakat, pada saat yang sama akan
timbul kecurigaan dan perselisihan di tengah-tengah mereka. Ini tidak
mengherankan sebab pendekatan dakwah kaum salafi sejak zaman Ibn
Taymiyyah dulu ya itu itu saja: membid’ahkan, men-syirikkan
kelompok lain. Cobalah tengok sejarah berdirinya kelompok wahhabiyyah
di Saudi dulu: mereka mendakwahkan doktrin wahhabiyyah dengan pedang,
membunuhi sesama Muslim, dengan alasan mereka telah kafir, dan dengan
demikian boleh dibunuhi. Kalian tak usah mengelak bahwa hubungan kalian
dengan kelompok wahhabi sangat dekat sekali. Sejarah mazhab wahhabi
berdarah-darah dari awal. Mereka ingin memurnikan ajaran Islam. Tetapi
apa hasil dari usaha mereka itu? Hasilnya adalah negara Saudi seperti
sekarang ini–negara yang menjadi antek Amerika.
Bandingkan sejarah wahhabi ini dengan Ikhwanul Muslimin yang didirikan
oleh Hasan Al-Banna di Mesir. Begitu kelompok Ikhwan didirikan, mereka
langsung mendapat sambutan di mana-mana dalam waktu sekejap. Kenapa?
Sebab mereka tidak mendakwahkan Islam dengan cara memusuhi kelompok
Islam lain. Mereka berdakwah dengan menganjurkan toleransi
antarmazhab.Walaupun ditekan dan dimusuhi oleh seluruh rezim otoriter di
Timur Tengah, gerakan Ikhwan saat ini tetap populer di seluruh Timur
Tengah. Apa yang terjadi dengan gerakan salafi/wahabi? Meskipun didukung
dengan uang minyak yang besar dari Saudi dak Kuwait, paham salafi dan
wahabi tidak pernah bisa menyebar di dunia Islam.
Wahai teman-teman salafi, mohonlah kalian mawas diri dan introspeksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar