KISAH KAUM MUHAJIRIN
Kekejaman demi
kekejaman, penghinaan, penganiayaan yang dilakukan kaum kafir Quraisy
terhadap kaum muslimin yang berada di kota Makah semakin menjadi-jadi.
Hal seperti ini membuat kaum muslimin melakukan hijrah ke daerah lain
misalnya ke Habsyah. Akan tetapi walaupun demikian, masih banyak kaum
muslimin yang tetap bertahan di kota Makah dengan suatu keyakinan bahwa
pertolongan Allah pasti akan datang. Dengan demikian malah kaum
muslimin semakin bertambah.
Bertambahnya kaum
muslimin di kota Makah, dengan kesadaran sendiri yaitu sadar bahwa
mengikuti ajaran yang diberikan nabi Muhammad SAW itu akan mendapatkan
suatu kebahagiaan di dunia dan di akherat. Jadi masuknya Islam yang
dikuti oleh kaum muslimin bukan karena pengaruh harta, jabatan apalagi
tekanan atau kekerasan seperti yang digambarkan oleh kaum orientalis.
Walaupun banyak
gunjingan, hinaan, cacian, makian, penganiayaan dan sederet hal yang
tidak baik, para pengikut nabi Muhammad SAW tetap setia. Untuk
menghindari kekejaman yang berkelanjutan dari kaum kafir Quraisy .
Rasulullah SAW memerintahkan kepada pengikutnya untuk berhijrah. Kaum
yang berhijrah atas perintah rasul tersebut kita kenal dengan sebutan
kaum muhajirin.
Guna mempertahankan
keyakinan, akidah islamiyah dan syari’atnya dan guna memperluas
jaringan dakwah islamiyah maka kaum muslimin melakukan hijrah. Hijrah
yang pertama dilakukan kaum muslimin yaitu ke negeri Habsyah secara
sembunyi- sembunyi dan berskala kecil. Disana para kaum yang hijrah
mendapatkan perlindungan dari Raja Najasi.
Kalau ke Habsyah
hijrah secara sembunyi-sembunyi, maka untuk hijrah ke Yatsrib secara
terang-terangan dan berskala besar. Kaum yang berhijrah ke Yatsrib ini
banyak sekali pengorbaanannya, harta, keluarga, saudara, tahta dan lain
sebagainya. Kaum Muhajirin ini berhijrah dengan tanpa bekal yang
memadai artinya hanya sekadarnya saja. Hal ini tak lain dan tak bukan
karena rasa keimanan yang teguh kepada Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW
sewaktu akan berhijrah ke Madinah tidak mengumumkan diri berhijrah yang
diberi tahu hanya sahabat Abu Bakar dan beberapa keluarga dekatnya.
Akan tetapi Allah SWT memberikan keberanian kepada Umar bin Khattab
hijrah secara terang-terangan dan memberitahukan kepada kaum kafir
Quraisy. Orang-orang yang berani menghalangi keberangkatan kaum
muslimin ke Madinah akan menghadapi keberanian Umar bin Khattab.
Hijrahnya kaum
muhajirin ini untuk berjuang di jalan Allah SWT dan untuk menyiarkan
agama Islam. Bukan untuk tujuan seperti untuk memperoleh kedudukan,
jabatan yang tinggi dan apalagi untuk menjajah bangsa lain. Semuanya
murni karena Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW, Abu
Bakar dan Ali bin Abi Thalib ke kota Yatsrib. Para penduduk
menyambutnya dengan hangat, dengan penuh kerinduan dan rasa hormat
serta disambut dengan nasyid yang artinya;
Telah muncul bulan
purnama dari Tsaniyatil Wadai’, kami wajib bersyukur selama ada yang
menyeru kepada Tuhan Wahai yang diutus kepada kami. Engkau telah membawa
sesuatu yang harus kami taati
Sejak itulah kota Yatsrib namanya
ditetapkan menjadi Kota Madinah dan kaum Muhajirin menetap disana.
Setelah menetap Nabi Muhammad SAW mulai mengatur strategi untuk
membentuk masyarakat Islam yang terbebas dari ancaman dan tekanan yaitu
dengan mempersaudarakan, mempertalikan hubungan kekeluargaan atara
penduduk Madinah dengan orang-orang yang ikut hijrah dari Makah. Lantas
Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian untuk saling membantu antara
kaum muslim dengan orang-orang selain muslim. Strategi ekonomi, sosial
dan dasar-dasar pemerintahan Islam juga mulai disiasati sedemikian
rupa.
Strategi Nabi mempersaudarakan Muhajirin
dan Anshar untuk mengikat setiap pengikut Islam yang terdiri dari
berbagai macam suku dan kabilah ke dalam suatu ikatan masyarakat yang
kuat, senasib, seperjuangan dengan semangat persaudaraan Islam.
Rasulullah SAW mempersaudarakan Abu Bakar dengan Kharijah Ibnu Zuhair
Ja’far, Abi Thalib dengan Mu’az bin Jabal, Umar bin Khatab dengan Ibnu
bin Malik dan Ali bin Abi Thalib dipilih untuk menjadi saudara beliau
sendiri. Selanjutnya setiap kaum Muhajirin dipersaudarakan dengan kaum
Anshar dan persaudaraan itu dianggap seperti saudara kandung sendiri.
Kaum Muhajirin dalam penghidupan ada yang mencari nafkah dengan
berdagang dan ada pula yang bertani mengerjakan lahan milik kaum Anshar.
Nabi Muhamad SAW dalam menciptakan
suasana agar nyaman dan tenteram di kota Madinah, maka dibuatlah
perjanjian dengan kaum Yahudi. Dalam perjanjiannya ditetapkan dan
diakui hak kemerdekaan tiap-tiap golongan untuk memeluk dan menjalankan
agamanya.
Secara terperinci isi perjanjian yang dibuat Nabi Muhammad SAW dengan kaum Yahudi sebagai berikut:
1. Kaum Yahudi hidup damai bersama-sama dengan kaum Muslimin
2. Kedua belah pihak bebas memeluk dan menjalankan agamanya masing-masing
3. Kaum muslimin dan kaum Yahudi wajib tolong menolong dalam melawan siapa saja yang memerangi mereka
4. Orang-orang Yahudi
memikul tanggung jawab belanja mereka sendiri dan sebaliknya kaum
muslimin juga memikul belanja mereka sendiri
5. Kaum Yahudi dan kaum muslimin wajib saling menasehati dan tolong-menolong dalm mengerjakan kebajikan dan keutamaan
6. Kota Madinah adalah kota suci yang wajib dijaga dan dihormati oleh mereka yang terikat dengan perjanjian itu
7. Kalau terjadi
perselisihan diantara kaum yahudi dan kaum Muslimin yang dikhawatirkan
akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan, maka urusan itu
hendaklah diserahkan kepada Allah dan Rasul-Nya.
8. Siapa saja yang
tinggal di dalam ataupun di luar kota Madinah wajib dilindungi keamanan
dirinya kecuali orang zalim dan bersalah, sebab Allah menjadi
pelindung bagi orang-orang yang baik dan berbakti.
KISAH PERJUANGAN KAUM ANSHAR
Semenjak peristiwa
Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad SAW mengalami kendala dalam menyiarkan
agama Islam di Makah. Tantangan dan hambatan yang bertubi-tubi dari
kaum kafir Quraisy dihadapi Rasulullah SAW di Makah selama tiga belas
tahun. Walau demikian pengikut Islam semakin bertambah banyak.
Realita yang demikian
membuat kaum muslimin di Madinah mengajukan saran kepada nabi Muhammad
SAW dan pengikutnya untuk segera berhijrah ke Madinah dan ajuan saran
itu berulang kali. Ajuan saran ini terjadi pada tahun ke 13 kenabian
dengan 73 orang penduduk Yatsrib dari kaum Khazraj ke Makah. Akhirnya
ajuan saran tersebut direstui Nabi dan nabi Muhammad SAW berhijrah ke
Madinah. Kaum muslim Madinah menjamin keselamatan Nabi Muhammad SAW
beserta pengikutnya sebagaimana yang termuat dalam perjanjian Aqabah ke
satu dan Aqabah ke dua.
Kaum Anshar semenjak
mendengar keberangkatan nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya yang akan
hijrah ke Madinah banyak kaum Anshar yang menunggu kedatangan beliau
berkerumunan, berdiri berjajar di pinggiran kota Madinah untuk
menjemputnya. Urwah bin az Zubair berkata, “Kaum Muslimin di Madinah
mengetahui kepergian Rasulullah SAW dari Makah. Setiap pagi, mereka
pergi ke al Haarah menunggu kedatangan beliau hingga akhirnya mereka
harus pulang karena teriknya matahari. Suatu hari mereka terpaksa
pulang setelah lama menunggu kedatangan beliau.
Ibnu al Qayyim
berkata, “Dan terdengarlah suara hiruk pikuk dan pekik takbir di
perkampungan bani “Amr bin Auf. Kaum muslimin memekikkan takbir sebagai
ungkapan kegembiraan atas kedatangan beliau dan keluar menyongsong
beliau. Mereka menyambutnya dengan salam kenabian, mengerumuni beliau
sambil berkeliling diseputarnya sementara ketenangan telah menyelimuti
diri beliau dan wahyupun turun. Allah SWT berfirman,
Arinya, Maka
sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan
orang-orang Mukmin yang baik ; dan selain dari itu malaikat-malaikat
adalah penolongnya pula.” (At Tahrim : 4)
Saat itu penduduk Madinah berangkat
untuk menyambut. Moment yang istimewa yang tidak pernah disaksikan oleh
penduduk Madinah sepanjang sejarahnya. Orang-orang Yahudi telah
menyaksikan kebenaran berita gembira yang diinformasikan oleh Habquq.
Hari itu merupakan hari yang bersejarah dan amat agung. Rumah-rumah dan
jalan-jalan ketika itu bergemuruh dengan pekikan Takbir, Tahmid dan
Taqdis (penyucian). Putri-putri kaum Ansahr melantunkan bait-bait puisi
sebagai ekspresi kegembiraan dan keriangan.
Meskipun kaum Anshar bukan orang yang
serba berkecukupan namun masing-masing individu berharap rumahnya
disinggahi Rasulullah SAW beserta pengikutnya saat melewati satu-per
satu rumah kaum Anshar. Tokoh masyarakat Madinah pun berlomba-lomba
dalam kebaikan yaitu berupa menawarkan kesanggupannya untuk melindungi
Rasuluullah SAW beserta pengikutnya dengan segala daya dan upaya yang
mereka miliki.
Kaum Anshar menerima dengan baik kaum
muhajirin dan bersedia untuk dipersaudarakan dan juga berani untuk
berkorban untuk kaum muhajirin. Kaum Anshar menyembut dengan baik
kehadiran kaum Muhajirin dan menyambutnya seperti menyambut saudaranya
sendiri yang telah lama tidak bertemu.
Dengan demikian perjuangan kaum Anshar sangat luar biasa terhadap kaum muhajirin dan perkembangan Islam seterusnya.
MENELADANI KAUM MUHAJIRIN DAN ANSHAR
KEGIGIHAN KAUM MUHAJIRIN
Pengikut Nabi Muhammad SAW yang ikut
hijrah dari Mekah ke Medinah disebut dengan Kaum Muhajirin. Kaum yang
menempuh perjalanan di padang pasir yang sangat luas dan panas sekitar
500 km ini Jum’at, 12 Rabiul Awwal tahun 1 H / 27 September 622 M tiba
di Yatsrib dan singgah di perkampungan bani An-Najjar yaitu di rumah
Abu Ayyub.
Kaum Muhajirin disambut dengan baik oleh
penduduk Yatsrib. Mulai saat itu Yatsrib namanya dirubah menjadi
Madinatun Nabi, artinya kota Nabi, dan selanjutnya dikenal dengan kota
Madinah.
Setelah kaum Muhajirin menetap di
Madinah, Nabi Muhammad SAW mulai mengatur strategi untuk membentuk
masyarakat Islam yang terbebas dari ancaman dan tekanan (intimidasi).
Pertalian hubungan kekeluargaan antara penduduk Madinah (kaum Anshar)
dan kaum Muhajirin dipererat dengan mengadakan perjanjian untuk saling
membantu antara kaum Muslim dan non muslim. Nabi juga mulai menyusun
strategi ekonomi., sosial, serta dasar-dasar pemerintahan Islam.
Kaum muhajirin adalah kaum yang sabar.
Meskipun banyak rintangan dan hambatan dalam kehidupan yang menyebabkan
kesulitan ekonomi, namun mereka selalu sabar dan tabah dalam
menghadapinya dan tidak berputus asa.
Kaum Kafir Quraisy memboikot kepada kaum
muslimin, mereka tidak mengeluh apalagi putus asa, sekalipun mereka
sangat kesulitan dalam perekonomian, bahkan mereka tidak mempunyai bahan
makanan yang dapat dimasak tetapi tetap sabar dalam menjalankan
agamanya.
Kaum Muhajirin walau demikian tetap
semangat dan gigih dalam mempertahankan akidah dan syari’at islam,
sekalipun mereka dianiaya oleh kaum kafir, bahkan sampai meninggalpun
mereka tetap mempertahankan agamanya. Mereka memiliki iman yang kuat
dan taqwa kepada Allah SWT.
Kaum muhajirin sewaktu hendak melakukan
hijrah, mereka diancam akan dibunuh oleh kaum kafir Quraisy, tetapi
hijrah tetap dilaksanakan. Budak yang telah masuk Islam yaitu Bilal, Ia
disiksa oleh kaum kafir Quraisy dengan siksaan yang dahsyat,
ditelentangkan di pasir yang sangat panas, kaki dan tangan diikat,
dicambuk dan badannya ditindih dengan batu yang sangat besar, namun ia
tetap mempertahankan Islam
Kesabaran dan kegigihan kaum muhajirin
sangat luar biasa. Setelah di Madinah, tantangan dan hambatan juga
tidak sedikit. Ada tiga golongan yang dihadapi kaum Muhajirin yaitu:
- Para shabat yang merupakan orang-orang pilihan , mulia dan ahli kebajikan
- Kaum musrikin yang belum beriman sementara mereka berasal dari jantung kabilah-kabilah di Madinah.
- Orang-orang Yahudi
Problematika kaum muhajirin yang pertama
yaitu terkait dengan kondisi Madinah yang berbeda dengan di Makah.
Hidup sebagai orang yang tertekan, dihina dan terusir dari Makah.
Problema peradaban dan pembangunan, problema kehidupan dan ekonomi,
problema politik dan pemerintahan dan banyak problema lainnya. Ini
merupakan problema besar yang dihadapi Rasulullah bersama kaum
Muhajirin berkaitan dengan kaum muslimin sendiri.
Kaum Muhajirin tidak memiliki apa-apa
bahkan keberadaannya mereka di Madinah berkat meloloskan diri. Mereka
tidak memiliki tempat berlindung, tidak memiliki pekerjaan guna
memenuhi hidup sehari-hari.
Ke dua yang menjadi problema yaitu
orang-orang musyrikin Madinah ada yang menyimpan rasa dendam dan
permusuhan terhadap Rasul & kaum Muhajirin, pura-pura masuk islam
tetapi tetap menyimpan kekufuran, berbuat makar, pemanfaatan terhadap
anak-anak kecil dan orang-orang lugu dari kalangan kaum muslimin
sebagai kaki tangan didalam melaksanakan rencana busuk mereka.
Problema ke tiga yaitu orang-orang
Yahudi yang selalu membangga-banggakan kebangsaannya dan selalu
mengejek orang-orang arab dengan ejekan yang sangat keterlaluan sampai
mereka menjuluki orang-orang arab sebagai Ummiyun (orang-orang yang
buta huruf dalam artian orang yang primitif yang lugu dan kaum
hina-dina yang terbelakang, mereka beranggapan harta orang arab halal
bagi mereka, mereka bisa memakan atau memakainya sesuka mungkin, mereka
menganngap sebagi orang-orang yang berilmu, memiliki keutamaan dan
kepemimpinan spiritual, mereka pandai dalam berbisnis. Selain itu
mereka tukang menyebarkan isu, menebarkan permusuhan diantara sesama
kabilah sehingga perang berdarah terjadi diantara mereka.
Ada tiga kabilah Yahudi yang masyhur di
kota Yatsrib yaitu Bani Qainuqa , Bani Nadhir dan Bani Quraizhah.
Kabilah-kabilah ini yang selalu menyulut api peperangan antara suku Aus
dan Khazraj . Kabilah-kabilah Yahudi ini selalu memandang kebencian
dan dengki terhadap Islam.
Rasulullah SAW setelah di Madinah
sebagai kaum Muhajirin dalam posisinya sebagai seorang Rasul, penunjuk
jalan kebenaran, pemimpin dan komandan. Rasulullah SAW telah
menyelesaikan problema-problema di Madinah dengan penyelesaian yang
sangat bijak. Setiap kaum diperlakukan dengan kasih sayang tidak ada
kekerasan dan siksaan.
Sebagai pelajar, banyak sekali perihal
yang dapat kita teladani dari kaum muhajirin selain kegigihan,
ketabahan, keperwiraan, kesabaran dan lain sebagainya, sikap suka
membaca dan mempelajari serta mengamalkan Al Qur’an, sangat penting
untuk kita ikuti dan teladani.
KAUM ANSHAR PENUH KEIKHLASAN DALAM TOLONG-MENOLONG
Orang-orang anshar ingin sekali
menjumpai Rasulullah SAW dan pengikutnya dari Makah, banyak kaum anshar
berada di pinggiran kota Madinah menunggu kedatangan Nabi dan
pengikutnya .
Setelah Nabi Muhammad SAW beserta
pengikutnya datang, dijemput dan disambut dengan suara takbir yang
bergema di kota Madinah. Tokoh-tokoh Madinah berlomba-lomba menawarkan
kesediaannya untuk mengayomi Rasulullah SAW beserta sahabatnya, dengan
segala daya dan upaya sesuai dengan perlengkapan yang mereka miliki.
Kaum anshar selalu menerima dan mau
berkorban untuk kaum muhajirin dan bahkan mereka bersedia
dipersaudarakan dengan kaum muhajirin. Seperti Abdur Rahman bin Auf
(kaum muhajirin) dipersadarakan dengan Saad bin Rabi’ (kaum Anshar).
Dengan persaudaraan tidak ada perbedaan seperti nasab, warna kulit, asal
daerah ataupun kebangsaannya.
Dengan persaudaraan itu maka perjuangan
kaum anshar sangat besar terhadap pertolongan kaum muhajirin dan
perkembangan islam yang berkelanjutan. Setelah terbentuk persaudaraan
antara muhajirin dan anshar, maka kerjasama dan tanggung jawab dipikul
bersama-sama.
Kaum anshar merupakan kaum yang menolong
kaum muhajirin yang berdomisili di Madinah. Kaum Muhajirin sewaktu
hijrah ke Madinah tidak membawa bekal yang cukup, apalagi memiliki
rumah. Dengan pertolongan kaum Anshar, kaum Muhajirin dapat hidup
dengan layak.
Kaum anshar sangat menghargai dan
menghormati kaum muajirin. Kaum muhajirin yang datang dan menumpang ke
keluarga anshar diterima dengan baik dan malah diberi sebagian
hartanya, kaum muhajirin pun sangat menghargai keikhlasan kaum anshar.
Sikap suka menolong merupakan ajaran
yang harus kita teladani dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan tolong menolong dapat terbina persatuan dan persaudaraan sesama
kita. Fanatisme kesukuan, perbedaan ras, rasa kedaerahan dan lain
sebagainya dapat dihindarinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar