Selasa, 05 Juni 2012

Nasehat Untuk Kaum Salafi

Wabihi nasta’in ‘ala umur al-dunya wa al-din.
Amma ba’du:
Ini adalah nasehat bagi teman-teman yang mengaku “salafi”, atau tepatnya “mutasaalifuun”, bukan “salafiyyin”. Kata “mutasaalifuun” di sini saya maknai sebgai orang-orang yang “sok” salafi atau ngaku-ngaku salaf, wa al-salafu minhum baraa’. Saya harap kalian sabar membaca nasehat ini hingga akhir. Meskipun isinya mungkin pahit, tetapi saya yakin berguna untuk evaluasi-diri atau muhasabah bagi kalian. Hasibu anfusakum qabla an tuhasabu….
Saya melihat betapa sengitnya kebencian yang ditunjukkan oleh kalangan salafi kepada  golongan yang mereka tuduh sebagai kelompok “hizbiyyun”, “sururiyyun”, atau orang-orang yang menganut ideologi Ikhwanul Muslimin. Kecurigaan dan bahkan kebencian yang ditunjukkan oleh kalangan “mutasaalifun” terhadap sarjana-sarjana besar Islam seperti Dr. Yusuf Qardlawi begitu aneh dan sangat tak masuk akal. Dengan seluruh kekurangan yang ada pada mereka, kalangan Ikhwan telah berjasa besar dalam membangkitkan ghirah Islamiyyah di banyak negara. Merekalah yang bekerja keras membangun partai, melawan kekuasaan yang despotik dan otoriter di sejumlah negara Islam. Sementara yang bisa dilakukan oleh kalangan “salafiyyun” atau tepatnya “mutasaalifuun” hanya sekedar membid’ahkan sesama Muslim, menganggap perbuatan ini atau itu syirik, dan seterusnya.
Kalangan “mutasaalifuun” ini juga gembor-gembor melawan sikap “hizbiyyah“, sementara sikap mereka sendiri jelas menunjukkan bahwa merekalah yang lebih mengidap hizbiyyah. Kelemahan mendasar kaum salafi adalah bahwa mereka menganggap merekalah satu-satunya “al-firqah al-najiyah” atau kelompok yang selamat sebagaimana disinggung dalam sebuah hadis. Mereka beranggapan demikian karena merasa merekalah yang paling mengikuti sunnah Nabi. Kelompok-kelompok lain dianggap sebagai menyeleweng atau menyimpang dari sunnah, dan karena itu dianggap sebagai “ahl al-bida’” atau pengikut bid’ah.
Sebagaimana dengan baik diulas oleh Dr. Sa’id Ramadan Al-Buthi, seorang ‘alim dan ahli fikih dari Syria, dalam bukunya “ِAl-Salafiyyah Marhalah Zamaniyyah La Mazhab Islami ” (Salafiyyah adalah Satu Tahap Waktu Dalam Sejarah Islam, Bukan Mazhab Yang Berdiri Sendiri), yang disebut dengan salaf adalah tahap tertentu dalam sejarah masa lampau Islam. Tidak ada mazhab salafiyyah, dan tidak ada kelompok salafi. Saya tahu, orang-orang salafi anti mazhab, dan mereka tidak pernah mengaku sebagai mazhab tersendiri. Tetapi tingkah polah mereka selama ini menunjukkan bahwa mereka “menggerombol” secara terpisah sebagai sebuah kelompok. Mereka tidak pernah mengaku sebagai mazhab, tetapi diam-diam mereka adalah mazhab tersendiri. Para pengikut Abdullah Bin Baz, Nasiruddin Al-Albani, dan Muqbil Hadi al-Wadi’i yang merasa sebagai wakil dari kalangan salafiyyin sekarang ini menggerombol sebagai kelompok tersendiri, seraya membid’ahkan kelompok-kelompok lain. Dulu, kalangan salafiyyah ini lah yang mengampanyekan gerakan anti-mazhab atau dikenal dengan allamadzhabiyyah. Mereka merasa cukup dengan Quran dan sunnah. Kelompok-kelompok Islam lain yang memahami dua sumber utama dalam Islam itu melalui mazhab empat, misalnya, dianggap melakukan bid’ah. Terhadap anggapan-anggapan semacam ini, Dr. Sa’id Ramadan telah menulis sebuah sanggahan, Allamadzhabiyyah Akhtharu Bid’atin Tuhaddidu al-Syari’ah al-Islamiyyah (Antimazhabisme adalah Bid’ah yang Mengancam Syariat Islam).
Yang lebih menyedihkan adalah karena mereka merasa paling paham sunnah dan paling konsisten mengikuti sunnah, mereka juga cenderung merasa sebagai “paling suci”. Dan karena itu sikap-sikap hizbiyyah jauh lebih kuat tertanam di kalangan kelompok yang mendaku salafiyyin ini ketimbang pada kelompok Ikhwan yang mereka tuduh sebagai salah satu dari bentuk “hizbiyyah”. Meskipun saya bukan anggota Ikhwan, PKS, atau apapun, tetapi saya lebih hormat pada tokoh-tokoh Ikhwan yang dengan jelas menganjurkan toleransi di dalam tubuh umat Islam. Sementara, kelompok salafiyyin boro-boro menganjurkan toleransi; mereka justru cenderung dengan gampang menyalahkan kelompok lain dengan alasan bid’ah, syirik, dan segala macam.
Nasehat saya kepada teman-teman salafiyyun adalah sebagai berikut: ajaran yang ditinggalkan oleh Muhammad Ibn Abdul Wahhab dan diteruskan oleh orang-orang seperti Abdullah bin Baz, Nasiruddin al-Albani, Muqbil Hadi al-Wadi’i itu tidak akan membawa kalian ke mana-mana. Ajaran “salafi” sudah diterapkan di Saudi sejak “kongsi” antara Muhammad ibn Abdul Wahhab dan keluarga Ibn Saud terjadi pada abad 18. Dan hingga saat ini, lihatlah apa yang terjadi pada negara Saudi? Negara ini sama tidak bisa disebut sebagai negara maju. Kerajaan Saudi hanya menjadi antek Amerika, dan ini tidak aneh, karena dulu kaum wahabi juga pernah menjadi antek Inggris. Negara Saudi berdiri dengan disokong secara diam-diam oleh Inggris untuk melemahkan negara Turki Utsmani. Apa yang bisa dilakukan oleh ulama salafi di Saudi sendiri menghadapi kenyataan pahit seperti itu? Nihil.
Menurut saya, “mazhab” salafi tidak akan membawa kemajuan apapun bagi dunia Islam, sebab yang diurus orang-orang salafi hanya soal tauhid rububiyyah, uluhiyyah, tauhid al-asma’ wa al-sifat, soal jenggot, soal hukum mendengarkan musik, soal memanjangkan ujung celana, soal cadar, soal ziarah kubur, soal wasilah, dan soal-soal sejenis yang hanya melingakar-lingkar tanpa ujung yang jelas. Yang membawa nama harum bagi peradaban Islam di mata dunia bukanlah ulama-ulama yang selama ini menjadi “favorit” orang-orang salafi di mana-mana, seperti Ibn Taymiyyah, Ibn al-Qayyim, Ibn Katsir, dsb. Yang mengharumkan peradaban Islam adalah pemikir-pemikir besar seperti Imam Ghazali, Fakhr al-Din al-Razi, Ibn Sina, Al-Farabi, Ibn Thufail, Ibn Khaldun, Ibn Rushd, Al-Syahrastani — yakni ulama-ulama yang selama ini dibenci oleh kalangan salafi.
Saya ingin mengatakan kepada kalian: silahkan terus mengkaji ajaran-ajaran salafi, tapi cobalah mengembangkan sikap toleran, dada yang terbuka, dan bisa menerima perbedaan dengan kelompok lain. Cobalah perluas bacaan kalian, tidak usah takut pada buku-buku yang ditulis oleh kalangan non-salafi. Janganlah kalian hanya membaca kitab-kitab hadis saja. Jangalah hanya membaca Riyadl al-Salihin, Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim saja. Janganlah kalian menyangka bahwa jika umat Islam kembali kepada sunnah Rasul maka mereka akan bersatu. Sebab, setiap Muslim bisa kembali kepada sunnah, tetapi mereka mempunyai pemahaman yang berbeda-beda. Orang yang ziarah kubur juga mempunyai dasar dalam sunnah. Jangan terus-terusan gemar membid’ahkan kelompok lain.
Cobalah kalian baca sejarah kelompok salafi di mana-mana: mereka selalu menimbulkan pertengkaran dan selisih paham di masyarakat. Setiap ada kelompok salafi muncul di tengah masyarakat, pada saat yang sama akan timbul kecurigaan dan perselisihan di tengah-tengah mereka. Ini tidak mengherankan sebab pendekatan dakwah kaum salafi sejak zaman Ibn Taymiyyah dulu ya itu itu saja: membid’ahkan, men-syirikkan kelompok lain. Cobalah tengok sejarah berdirinya kelompok wahhabiyyah di Saudi dulu: mereka mendakwahkan doktrin wahhabiyyah dengan pedang, membunuhi sesama Muslim, dengan alasan mereka telah kafir, dan dengan demikian boleh dibunuhi. Kalian tak usah mengelak bahwa hubungan kalian dengan kelompok wahhabi sangat dekat sekali. Sejarah mazhab wahhabi berdarah-darah dari awal. Mereka ingin memurnikan ajaran Islam. Tetapi apa hasil dari usaha mereka itu? Hasilnya adalah negara Saudi seperti sekarang ini–negara yang menjadi antek Amerika.
Bandingkan sejarah wahhabi ini dengan Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Hasan Al-Banna di Mesir. Begitu kelompok Ikhwan didirikan, mereka langsung mendapat sambutan di mana-mana dalam waktu sekejap. Kenapa? Sebab mereka tidak mendakwahkan Islam dengan cara memusuhi kelompok Islam lain. Mereka berdakwah dengan menganjurkan toleransi antarmazhab.Walaupun ditekan dan dimusuhi oleh seluruh rezim otoriter di Timur Tengah, gerakan Ikhwan saat ini tetap populer di seluruh Timur Tengah. Apa yang terjadi dengan gerakan salafi/wahabi? Meskipun didukung dengan uang minyak yang besar dari Saudi dak Kuwait, paham salafi dan wahabi tidak pernah bisa menyebar di dunia Islam.
Wahai teman-teman salafi, mohonlah kalian mawas diri dan introspeksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar